DI LUAR PINTU

DI LUAR PINTU

Panggil aku Dina. Saat ini aku dalam perjalanan menuju kantor pos untuk mengirimkan paket yang ditunggu Kyan tapi tiba-tiba saja aku merasa agak pusing. Matahari sedang terik-teriknya di atas sana, mungkin ia sedang bermain-main dengan kita penghuni bumi ini. Atau bisa saja ternyata pernah ada seorang anak bodoh yang mencoba menyiksa seekor semut dengan kaca pembesar.

Mengumpulkan titik panas di kepala semut itu. Mencoba melihat apakah semut itu akan meregang nyawa, dan dengan sembunyi-sembunyi menikmatinya. Dan mungkin ada sebagian dari anak itu yang merasuk pada kita semua. Lalu sang semut yang telah tewas itu mempunyai permintaan terakhir yang nampaknya dikabulkan Yang Kuasa. Panas matahari itu kini menyengat kepala kita semua.

Kyan bodoh. Dia pernah datang ke rumahku untuk menawarkan kue buatannya. Hatinya memang baik. Tapi sayang dia bodoh. Aku tak pernah menyukainya hanya karena ia pandai memasak kue. Meskipun hampir seluruh peralatan dan genteng yang rusak sudah menerima sentuhan ajaibnya, Kyan tetap Kyan. Ia bodoh karena entah mengapa aku tak pernah bisa mencintainya.

DI BAWAH BULAN PINGGIR TAMAN

DI BAWAH BULAN PINGGIR TAMAN

You could be happy and I won’t know
But you weren’t happy the day I watched you go
And all of the things that I wish I hadn’t said
You could be happy I hope you are

Lagu itu masih mendengung …

Udara dingin masih menemaniku. Memelukku dengan erat setelah lelah berpacu dengan tubuh indah yang gelisah. Udara tak berbicara. Hening. Asap rokokku seakan tak kuasa menghangatkan rongga dada. Masih dingin hingga ke sumsum. Keringatku tak hendak membeku. Sementara itu cengkraman awan pada bulan jingga nampak perlahan mulai terlepas. Kembali ke tanda tanya dalam benakku.

GOSIP

GOSIP

Aku terbangun dengan setengah gelagapan. Mimpi itu aneh sekali. Ini sudah yang ketiga kalinya dalam minggu ini aku memimpikan Widya. Aku duduk sejenak lalu mengambil gelas di sisi tempat tidurku.…
KERETA TERAKHIR KE KAMAR KITA

KERETA TERAKHIR KE KAMAR KITA

23 Agustus 2006
Ketukan pintu terdengar tiga kali “Seville, buka pintunya dong? Ibu bawa makan siang buat kamu.”

“Iya bu, sebentar,” Seville menjawab dari dalam kamar.

Rantai diturunkan dan kunci diputar. Ibu Seville masuk dan meletakkan nampan makanan yang dibawanya diatas meja. Aroma dupa yang dipasang Seville sangat menusuk. Sejenak ia melihat ke sekeliling kamar putrinya tersebut. Seluruh dinding kamar dipenuhi dengan lukisan buatan Seville sendiri. Semua lukisan itu berbeda tapi hanya menggambarkan satu objek saja. Seorang gadis kecil yang sepi.

MIMPI MIMPI HUJAN

MIMPI MIMPI HUJAN

Jangan berhenti menggemakan
Suara hati dalam hujan
Tak usah menikam rasa
Dan sembunyikan nafasmu
Hanya dalam udara
Kita bisa bersuara

tetes air pertama

Pintu itu masih terbuka, di dalamnya terdapat ranjang berteman kasur kapuk tipis yang lusuh. Kipas angin plastik yang digantung di langit-langit berwarna hijau, mengeluarkan bunyi derik-derik aneh yang menjengkelkan. Dinding kamar yang dicat juga dengan warna hijau, sudah tak keruan bentuknya. Catnya sudah mengelupas. Dinding terlihat lembab. Poster antah berantah menumpang tempel bagai parasit yang memang merusak pandangan. Bahkan jika dipandang sebagai suatu hal yang berdiri sendiri, poster-poster itu memang kacangan, baik dari segi bahan, maupun gambar di dalamnya. Tim sepakbola kebanggaan dari piala dunia 2002 masih mejeng dengan gaya andalan sebelum bertanding, ada juga gambar grup musik yang memakai topeng-topeng seram, ditambah dengan kalender dari sebuah majalah pria, dengan model yang pastinya wanita, giginya sudah di spidol hitam, kepala sudah diberi tanduk, dan diberi titik hitam serupa puting. Kamar itu masih berbau pengap, asap rokok yang meninggalkan bau di dinding kamar bercampur dengan asap obat nyamuk. Abu obat nyamuk nya masih terlihat di bawah meja tulis. Di seantero kamar seluas tiga kali tiga meter itu, terdapat benda-benda penting seperti mini compo jadul pol yang sudah ompong, tapi nampaknya masih berfungsi, lalu seonggok laptop yang dari ujudnya bisa diperkirakan dari zaman batu, plus kulkas mini yang ditempeli huruf SCRABBLE membentuk kata-kata KALO DIBUKA JADI AC. Heh, idiot.

Pertanyaannya adalah: “Siapa yang tinggal di kamar ini?”

Kamar ini adalah kamar Furan. Who the fuck is Furan??

RAHAN DAN BARMA

RAHAN DAN BARMA

MENGINGAT
Penahkah kau mengingat semua yang terjadi dalam hidupmu? Mencoba untuk mengingat semua yang dapat kau ingat tentang kisah hidupmu. Atau mungkin hanya bagian terpenting saja dalam hidupmu. Engkau merasa begitu sedikit dari apa yang telah terlalui yang dapat kau ingat dengan jelas. Penggalan-penggalan kecil dari masa usia tertentu berlalu lalang di benakmu. Tergambar samar detil-detil kecil dan lalu berpindah lagi. Tak semuanya kau ingat. Tak semuanya kau lupakan. Dan semuanya ada dalam ingatanmu. Hanya saja, kadang orang tak terlalu ingin mengingat.

FIRST LOVE
Kedamaian Permai, 22 Agustus 1996

Tidak ada yang tahu kapan musim kemarau akan berhenti. Satu hal yang jelas aku masih sibuk melemparkan bola basket ini ke arah keranjang lapuk itu. Dan ini sudah tembakanku yang ke 120. Keringat masih terus mengucur karena matahari pun masih setia menemani walau sekarang sudah jam setengah lima sore. Di saat aku mulai kelelahan, kulihat adikku masih penuh semangat melemparkan bolanya. Ia memang bertubuh lebih atletis dibandingkan aku. Otot-otot bisepnya begitu mantap walaupun ia baru lulus SD tahun lalu. Namaku Rahan, sedang itu adikku Barma. Seandainya saat ini hujan turun sekalipun ia takkan berhenti berlatih. Barma terlatih untuk bermain basket di lapangan outdoor dalam segala kondisi cuaca, dan itulah yang membuat ia tampak lebih gagah dibanding aku yang akan berada di kantin Bi Yeti saat hujan turun.

“Barma! Sudah panas belum? Ayo lawan aku!” tantangku.

KEMBARA HATI

KEMBARA HATI

 

Dalam diam kutitipkan semua tanya tentangmu
Menginginkan yang terbaik selalu untuk dirimu
Hanya cinta, hanya rasa yang akan sanggup bertahan
Sampai kapan kauharapkan yang lalu akan kembali?

Reff:
Merindukah engkau untuk ada dan kembali di pelukku?
Menginginkan engkau mengakhiri kembara hati kau jalani

Dan lepaskan segala sesal, dan kuingin bersamamu
Dalam hujan, dalam awan ku merasakan dirimu
Dan benarkah ada cinta masih tersisa untukku?
Dan benarkah ada cinta di dalam hati kecilmu …

Aku terbangun dari tidurku yang tak pulas. Memimpikan sesuatu yang aneh semalam. Dalam mimpi tersebut, aku berdiri di atas sebuah puncak gunung, memandang ke bawah, memandang bunga yang ada di dekat kakiku. Aku ingin memetik bunga itu. Aku ingin menggenggam bunga itu. Aku ingin mencium wangi bunga itu dan membawanya pulang. Tapi jangankan untuk melakukan itu semua. Hanya menekukkan lutut dan berada lebih dekat saja aku tak sanggup. Aku tak bisa. Sekuat-kuat inginku. Sebesar apapun tekadku. Aku tak bisa.

Dan lalu aku terbangun, jendela kamarku sudah terbuka, menghembuskan angin pagi dan udara segar ke dalam kamar. Menyeruakkan dingin yang menggigil ke seluruh tubuhku. Aku melihat jam wekerku, 5.30 pagi. Ah mungkin, dia datang lagi tadi ketika aku tertidur. Tiba-tiba seekor burung gereja hinggap di jendelaku. Dan seekor lagi. Seakan menyapaku, memberikan salam selamat pagi dunia. Satu burung menjejak terbang, yang tertinggal pun terbang mengejar. Rasa sakit tiba-tiba menyesak hatiku. “Apakah bila aku punya sayap, aku akan dapat mengejarmu?” Rindu ini terlalu nyata, Raine.

Mimpi yang tak bisa kuartikan. Pagi yang terlalu indah.
Dan tiba-tiba aku tersadar, aku masih menginginkanmu.